Panduan Media Sosial: Anak dan Orang Tua

Saat ini menjadi bagian dari masyarakat yang berhasil dalam beradapatasi antara lain adalah dengan memahami media sosial dan komunikasi digital. Sangat penting mengenali bahwa akses terhadap informasi akan menjadi keuntungan yang besar, tetapi dalam waktu yang sama juga membuat tanggungjwab baru yang harus disadari oleh semua anak/siswa.

Dan bagi orangtua, era saat ini, juga berarti memiliki suatu peran baru, yaitu membantu anak-anak untuk bertindak baik dan bertanggungjawab ketika mereka berada dalam media sosial, baik itu untuk sekedar hiburan maupun untuk belajar.
Catatan: 
Untuk berinteraksi di media sosial, dianjurkan hanya untuk anak/siswa yang berusia 13 tahun ke atas. Untuk anak usia 12 tahun ke bawah sebaiknya hanya dianjurkan untuk terlibat menonton youtube saja untuk belajar dengan mengaktifkan fitur parental guide.

Berikut adalah beberapa poin untuk anak/siswa maupun orangtua dalam berinteraksi di media sosial.

1. Membangun Rekam Jejak Online

a. Panduan untuk anak/siswa: 
  • Dengan menulis di blog, membuat video di youtube, menulis komentar dan diskusi di twitter, facebook, forum dengan cara ilmiah/akademik.
  • Menyadari bahwa apa yang kita bagikan secara online dan bagaimana yang kita buat tersebut akan dilihat oleh keluarga, teman, sejawat, dan atasan ketika nanti masuk dunia kerja.
  • Media sosial mendorong kita untuk menunjukkan siapa kita dengan berbagi apa yang kita pikirkan dan apa saja hal-hal yang menjadi minat dan kepedulian kita.
  • Harus selalu bertanggungjawab atas apa yang kita post. Kita mungkin mengira bahwa dengan menggunakan nama palsu akan menghindarkan kita bahwa post tersebut adalah bagian dari riwayat/citra kita, tetapi di dunia online selalu ada cara bahwa post itu berasal dari kita.
  • Menyelaraskan rekam jejak dengan tujuan masa depan, misalnya, untuk melamar ke universitas, karir, artis/penyanyi, dsb.
Menurut laporan
Bagaimana orang meneliti/mempelajari pelamar?
  • 1 dari 4 orang menggunakan facebook, linkedin, dsb untuk mempelajari pelamar
  • 1 dari 4 mencari dan mempelajari reputasi melalui google
  • 2 dari 3 ditemukan reputasi negatif
Yang ingin diketahui dari si pelamar:
  • 65% ingin tahu: apakah pelamar menyajikan dirinya secara profesional?
  • 51% ingin tahu: apakah pelamar sangat pas dengan kultur organisasi?
  • 45% ingin tahu lebih banyak tentang kualifikasi pelamar
  • 35% ingin tahu apakah pelamar adalah orang yang sempurna/lengkap
b. Panduan untuk orang tua
  • Bila anak suka membaca artikel berita, headline/berita apa yang dipilihnya? Tulislah headline tersebut. Diskusikan apa yang kira-kira menjadi headline/berita pilihan teman, saudara, dan orang-orang yang terkenal. Tujuannya: membuat ruang dan membuka percakapan.
  • Menilai rekam jejak online: bisa ambil quiz di: https://www.surveygizmo.com/s3/2245969/Digital-Footprint-Quiz dan lihat hasilnya. Tujuannya: Orang tua bisa melihat persamaan dan perbedaan dalam bagaimana citra rekam jejak mereka di dunia online. Ini akan mengajukan gagasan untuk berdiskusi tentang apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan citra/rekam jejak di dunia online.
  • Mengingatkan si anak bahwa banyak orang akan menjadi pembaca tentang citra rekam jejak di dunia online. Apa yang dia inginkan untuk diketahui oleh guru, oleh petugas penerima di sekolah atau universitas nanti, atau tentang bos di masa mendatang, tentang pacar, dsb. Diskusikan apa yang bisa dilakukan untuk mengupdate citra rekam jejak tersebut. Tujuannya: menempatkan si anak dalam kondisi terkendali dalam membangun citra/rekam jejak online-nya.
  • Me-review profile misalnya di google plus, facebook, dsb. Kemudian melihat profile siswa/anak yang lain dan mendiskusikan apa yang disukai dan tidak disukai. Tujuannya: Menyediakan kesempatan untuk selalu berdampingan dalam mengontrol identitas online-nya.

2. Membuat Post Penuh Kesadaran dan Bertanggungjawab

a. Panduan untuk anak/siswa
  • Menggunakan media sosial sebagai pelebaran kelas. Anggap saja bahwa platform media sosial seperti dengan kelas, aturan yang berlaku di sekolah juga berlaku di media sosial. Misalnya, bila tidak ingin bercanda dengan teman kelas palajaran bahasa, maka jangan lakukan juga hal yang sama di media sosial.
  • Berperilaku baik. Orang dari semua usia terkadang berperilaku berbeda di media sosial dibanding dengan kehidupan sebenarnya, dengan mengira bahwa, mereka tidak sedang berkomunikasi secara langsung, mereka tidak bertanggungjawab atas tindakannya. Seharusnya kita berperilaku sama bertanggungjawabnya ketika di dunia online. Karena kita tidak tahu siapa yang akan membaca isi post kita, jadi selalu anggap saja bahwa semua orang bisa mengaksesnya.
  • Berpikir terlebih dahulu sebelum membuat post. Mungkin saja post kita kelihatan lucu atau tak merugikan siapapun, tetapi mungkin juga itu bisa menyakiti atau menyinggung orang lain. Pikirkan sekali lagi apakah post itu akan merugikan atau mempermalukan orang lain atau berdampak negatif jika ada peluang di masa mendatang. Misalkan kita membuat komentasr yang menyerang atau membuat marah orang lain ketika kita merasa emosi saat itu, mungkin ini akan merugikan kita suatu saat nanti. Harap dicatat, semua post online tidak pernah dihapus secara permanen. Semua post/komentar di internet tidak ditulis dengan pensil, tetapi dengan tinta. T.H.I.N.K = True. Helpful. Inspiring. Necessary. Kind.
b. Panduan untuk orangtua
  • Membuat akun bersama. Setelah anak kita cukup usia (biasanya 13 tahun), orangtua bisa membuat akun bersama dan mereview setelan privacy default. Kemudian memastikan bahwa anak kita memiliki pertemanan dan percakapan online dengan orang-orang yang kita tahu. - Tujuannya: Kita bisa mengetahui proses anak di media sosial dan terutama tentang keselamatannya.
  • Menggunakan berbagai kejadian yang sedang berlangsung maupun berbagai situasi dengan teman dan keluarga untuk beediskusi tentang posting yang bertanggungjawab. Ketika ada banyak cerita, diskusikan dengan anak bagaimana dia akan mengatasi situasi tersebut. Jangan terlalu berfokus pada apa yang tidak boleh. Tetapi juga penting untuk melihat berbagai macam contoh orang-orang yang menggunakan media sosial untuk hal-hal yang baik. Tujuannya: untuk tetap menjaga komunikasi/percakapan.

3. Memikirkan Dampak Aktivitas Online

a. Panduan untuk anak/siswa
  • Menggunakan media sosial untuk hal-hal pribadi mungkin akan berdampak pada sekolah. Terkadang sangat mudah membedakan penggunaan media sosial untuk hal-hal terkait sekolah atau pribadi, tetapi terkadang juga sangat sulit membedakan penggunaan keduanya secara penuh. Untuk amannya, tetap berusaha mengendalikan diri dalam dunia online, bahkan ketika itu urusan pribadi. Misalnya, bila teman kelas ada yang men-tag/mention di twitter atau facebook dengan kasar, jangan membalas dengan hal yang sama. Karena bisa berdampak pada kehidupan offline di sekolah dan berakhir dengan skorsing dan sejenisnya. Sebaliknya, tetap positif, melakukan apa yang benar, dan pertimbangkan untuk mem-block/unfriend orang tersebut.
  • Melindungin diri. Ada banyak cara melindungin diri di dunia online. Misalnya, hanya menerima permintaan pertemanan dari orang yang kita kenal saja. Kita mungkin saja berinteraksi online dengan orang yang tidak pernah kita temui secara offline. Harap berhati-hati dan selidiki sebanyak mungkin tentang orang tersebut, dan beritahukan ke orangtua apabila ingin bertemu dengan orang tersebut secara offline. Selain itu, meskipun sangat penting untuk menjadi diri sendiri dan jujur di dunia online, tetapi juga sangat penting untuk tidak menaruh identitas secara detil, misalnya dimana kita tinggal atau nomor ktp dsb, karena dengan mengungkap informasi tersebut bisa berpotensi membahayakan identitas kita dalam hal tertentu. Jangan berbagi password dengan teman dan pastikan bahwa komputer kita tidak menyimpan password secara otomatis. Selalu logout apabila kita selesai menggunakan suatu situs--jangan hanya keluar dari browser.
  • Menyetel setelan privacy dengan tepat. Setelan privacy secara otomatis di-set oleh penyedia media sosial yang mengatur siapa bisa melihat post kita, bagaimana informasi di-link, dan data apa yang ada di publik. Masing-masing media sosial memiliki setelan privacy default yang berbeda-beda dan beberapa penyedia mengubah setelan tersebut tanpa menjelaskan kepada kita. Sebagai pengguna media sosial, kita seharusnya menentukan apakah akan mengubah setelan default atau tidak. Misalnya, bila kita membuat laman pribadi untuk menuliskan hal-hal sosial, hobby, dsb, kita mungkin membiarkannya terbuka untuk orang lain. Tetapi apabila hanya untuk diskusi project di kelas, sebaiknya membatasi akses hanya ke beberapa teman kelas saja.
b. Panduan untuk orangtua
  • Tidak mem-post informasi pribadi yang sensitif. Menjelaskan ke anak mengapa berbahaya mem-post alamat, tanggal lahir, atau informasi pribadi lainnya, dan berbagai macam cara yang dilakukan dalam pencurian identitas. Berikan contoh-contoh riil bila bisa menemukannya. Tujuannya: membuat peraturan dasar yang jelas dan menekankan pentingnya memegang informasi.
  • Tetap menjaga informasi bersifat privat. Selalu mengingatkan untuk tidak berbagi password dengan teman dan pastikan bahwa kita semua tahu untuk mencegah komputer yang kita gunakan bersama orang lain untuk tidak menyimpan password otomatis. Pastikan untuk selalu logout bila selesai menggunakan media sosial dan bukan hanya keluar dari browser. Beritahu anak kita bahwa kita bisa dianggap bertanggungjawab apabila ada orang lain bertindak menggunakan akun onlne kita untuk membuat komentar/post atau bahkan membuat pembelian. Tujuannya: membuka diskusi tentang pentingnya memproteksi diri, baik di dunia nyata maupun dunia online
  • Perhatikan perilaku online anak. Mungkin kita menjadi 'frien' atau 'follow' anak kita. Beberapa orangtua memiliki username dan password anak; beberapa lainnya memiliki software untuk menyimpan password keluarga untuk keperluan darurat. Buat aturan untuk membuat ijin dalam mengawasi perilaku online dan diskusikan tentang panduan ber-media sosial bagi anak. Lebih maju sedikit, mungkin bisa juga membeli software untuk mem-filter atau men-set program untuk melacak penggunaan komputer dan handphone. Tujuannya: membantu orantua untuk tetap aware apa yang sedang terjadi di dunia online. Selain itu membantu anak untuk tahu bahwa orangtua mereka mendukung mereka di dunia online supaya tetap selamat dan menggunakan media sosial dengan bertanggung jawab.


4. Tidak Menganggap Remeh Cyberbullying

a. Panduan untuk anak/siswa
  • Cyberbullying terjadi dengan berbagai macam cara, misalnya, mengirim sms/email yang menyinggung/mengolok-olok, mem-post komentar yang tidak benar dan membuat rumor/hoax, atau menyebarkan photo yang mempermalukan teman. Terkadang sangat sulit menarik garis antara humor yang lucu dan tidak merugikan orang dengan humor yang kelewatan dan menjadi menyinggung/menyerang.
  • Melaporkan perilaku cyberbullying dan mencari bantuan bila mengalaminya, bisa ke orangtua, staf sekolah, guru, atau orang lain yang dipercaya.
  • Tahu apa yang harus dilakukan. Sangat penting untuk tidak merespon, membalas, atau mem-forward isi apapun yang mempermalukan, mengintimidasi, atau mem-bully. Un-friend, un-follow, block, atau menghapus orang yang mengirimkan konten seperti itu. Mungkin juga bisa menyimpan post yang menganggu tersebut sebagai bukti untuk dilaporkan bila tindakan tersebut belum berhenti. Bila tindakan tersebut terkait sekolah, bisa di-print dan dilaporkan ke sekolah.
b. Panduan untuk orangtua
  • Mengetahu teman-teman anak kita di sekolah. Menghafal nama-nama teman anak kita dan aktivitas apa saja yang mereka lakukan bersama-sama. Bila kita tahu bahwa anak kita mengalami cyberbullying atau korban cyberbullying, kita bisa melaporkannya ke yang berwenang di sekolah. Tujuannya: membantu orangtua mengenali berbagai kepribadian dan situasi yang berpotensi menjadi masalah.
  • Tetap mengamati perilaku ketika di rumah. Memperhatikan apakah ada perubahan mendadak pada perilaku anak. Beberapa tanda cyberbullying (baik di-bully maupun mem-bully) adalah bahwa anak menarik diri dari aktivitas hariannya, menjadi bingung ketika online, menolak diskusi tentang apa yang sedang dilakukan di komputer. Tujuannya: membantu orangtua mengamati cyberbullying dan mengintervensi sebelum menjadi lebih parah.
  • Mengetahui apa yang harus dilakukan apabila anak kita adalah pelaku bullying. Bila kita curiga/tahu bahwa anak kita mem-bully orang lain, sangatlah penting untuk memahami situasinya. Coba untuk melihat hal yang melatarbelakangi masalahnya dan muncullah dengan rencana untuk memperbaiki perilaku si anak atau bisa menghubungi staf sekolah yang menangani hal seperti itu. Tujuannya: memperbaiki dan mengembalikan perilaku anak.

Post artikel terkait:

Comments

Unknown said…
Mantapp mas broo....Lanjutkan
Terimakasih artikelnya mas, sangat berguna !!!

Popular posts from this blog

10 Pepatah Jawa Kuno Untuk Menjalani Hidup Yang Semakin Kompleks

Kumohon Ya Tuhan MB 218